Artikel

Wisuda Bukan Titik Akhir, Melainkan Awal Pengabdian

Wisuda bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi justru awal dari babak baru yang sesungguhnya. Di luar gedung ini, ilmu yang telah kalian pelajari akan diuji oleh kerasnya kenyataan. Gelar yang kini kalian sandang akan ditantang oleh tanggung jawab. Dan lebih dari itu, integritas kalian akan diuji oleh kejujuran dan ketulusan dalam pengabdian.

Sebagaimana pesan luhur para leluhur Jawa dan para raja Mataram yang bijaksana, kita diajarkan untuk menjadi pemimpin yang beradab, bukan hanya yang berambisi. Seorang pemimpin sejati bukanlah mereka yang hanya berdiri megah di puncak menara kekuasaan, melainkan yang hadir dan menyatu di tengah-tengah masyarakat. Seperti yang diajarkan Ki Hajar Dewantara:
“Ngarsa sung tuladha, madya mangun karsa, tut wuri handayani.”
Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, dan di belakang memberi dorongan.

Ilmu tanpa adab hanya akan melahirkan kesombongan. Sementara adab tanpa ilmu bisa menyesatkan. Maka jagalah keseimbangan antara keduanya. Ingatlah petuah para leluhur:
“Ajining diri ana ing lathi” — harga diri seseorang terletak pada lisannya.
Jagalah tutur kata, jaga etika dan integritas, serta bawalah ilmu yang kalian miliki dengan penuh kerendahan hati, bukan dengan kesombongan.

Hari ini kalian boleh bangga, bukan hanya karena menyandang gelar akademik setinggi Doktor sekalipun, tapi karena kalian memilih menjadikan ilmu sebagai jalan untuk memberi manfaat bagi sesama. Biarlah prestasi ini menjadi pijakan, bukan tujuan akhir. Teruslah belajar, berkembang, dan berbagi. Sebab nilai sejati seseorang tidak diukur dari apa yang dimiliki, melainkan dari seberapa besar ia mampu memberi cahaya bagi sekitarnya—tanpa pernah meredupkan cahaya orang lain.

Selamat melangkah ke dunia yang baru. Dunia yang menantang kalian untuk bukan hanya menjadi cerdas, tetapi juga bijaksana.